Dengankata lain, kesalehan ritual-individual harus sejalan dengan kesalehan sosial. Dianggap sia-sia ibadah ritual seseorang, jika tidak disertai dengan ibadah sosial. Rajin shalat jamah di Masjid, harus diimbangi dengan rajin sedekah, peduli dengan nasib kaum mustadh'afin. Rutin mengaji harus disertai dengan rutin berbagi kepada saudara
IbadahRitual dan Ibadah Sosial. Pengejawantahan dari janji tersebut ialah mealaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia mulai berlomba melakukan kebaikan sebagai bukti kepatuhan kepada Tuhan. Maka tak heran di berbagai tempat banyak kita jumpai kegiatan berbau agama yang dengan beragam sebutan atau
IbadahRitual harus Dibarengi dengan Ibadah Sosial. by ilham. 9 months ago. in Berita, Nasional. MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Selain QS. Al Shaff ayat 10 sampai 13, Agung Danarto juga meyakini bahwa QS. Al Hujurat ayat 10 menjadi landasan teologis dari berkembangnya kegiatan amal usaha di Muhammadiyah. Ayat tersebut juga membicarakan tentang
eQVsDd. BANDUNG—Selain QS. Al Shaff ayat 10 sampai 13, Agung Danarto juga meyakini bahwa QS. Al Hujurat ayat 10 menjadi landasan teologis dari berkembangnya kegiatan amal usaha di Muhammadiyah. Ayat tersebut juga membicarakan tentang jihad di jalan Allah dengan harta yang dimiliki dan totalitas jiwa yang dipunyai. “QS. Al Hujurat ayat 10 juga memberikan motivasi untuk beramal saleh. Sebab orang beriman, orang yang yakin dengan Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan senantias berjihad dengan harta benda dan totalitas jiwa,” tutur Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto dalam kajian yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat pada Selasa 26/10. Agung juga menyebut bahwa QS. Al Maun juga turut menjadi landasang etos sosial pergerakan amal usaha Muhammadiyah. QS. Al Maun diawali dengan pertanyaan yang cukup menohok, “tahukah kamu siapa yang mendustakan agama?”. Sehingga inti daripada Al Maun ini adalah ibadah ritual itu tidak ada artinya jika pelakunya tidak melakukan amal sosial. “Mendustakan agama itu kan seakan-akan beragama, seakan membawa simbol-simbol agama, tetapi sebenarnya dia tidak, inilah yang mendustakan agama. Jadi beragamanya tidak sungguh-sungguh, hanya simbolistik, dan formalitas semata,” terang Pria kelahiran Kulonprogo, 24 Januari 1968 ini. Teologi Al-Maun yang digagas dan dikembangkan oleh Kiai Dahlan dipandang oleh Agung berhasil membawa gerakan Muhammadiyah membebaskan kaum lemah dari ketertindasannya, dengan perwujudan konkret adanya pendirian panti asuhan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan. Saat ini lembaga-lembaga sosial Muhammadiyah tersebar luas di seluruh Tanah Air. “Perilaku yang mendustakan agama itu di antaranya adalah menghardik anak yatim, tidak memelihara mereka, tidak menyantuni fakir miskin, dan mereka yang tidak peduli pada orang-orang yang lemah. Dari QS. Al Maun ini lahir ide untuk melakukan pemberdayaan masyarakat,” dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini. Jika Kiai Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un kepada murid-muridnya selama tiga bulan, kemudian melahirkan tindakan sosial praksis, maka surat Al-’Ashr diajarkan lebih dari delapan bulan. Menurut Agung, pada saat itu penduduk setempat terheran mengapa surat Al-Ashr yang menempati urutan ke 103 ini begitu singkat bisa sampai berbulan-bulan dalam proses belajar-mengajarnya. Dari QS. AL-Ashr, Kiai Dahlan mentradisikan pergerakan Muhammadiyah menjadi golongan yang selalu disiplin tepat waktu dan menjadi gerakan Islam modern atau kekinian. Karenanya, Muhammadiyah memahami Al-Ashr bermakna modern yang mengandung semangat berkemajuan dan berpikiran yang serba melampaui zaman. “Dengan ini, Muhammadiyah terkenal bijak ketika menghadapi isu-isu kontemporer, ketika menghadapi gegap gempita yang ada di luar. Ketika melihat sesuatu itu urgen, Muhammadiyah akan tampil paling depan, tapi kalau tidak urgen, menanggapinya cukup sewajarnya saja,” tegas Agung. Hits 979
Mengapa Ibadah Ritual Harus Sejalan Dengan Ibadah Sosial – Setiap masyarakat memiliki perbedaan agama, budaya, dan nilai-nilai yang berbeda-beda. Salah satu yang menjadi perbedaan yang paling menonjol adalah ibadah ritual dan ibadah sosial. Ibadah ritual adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati Tuhan, sedangkan ibadah sosial adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati sesama manusia. Keduanya berbeda satu sama lain, namun entah mengapa ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan. Mengapa ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kita tidak bisa melakukan ibadah ritual tanpa menghormati sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena dalam ibadah ritual, kita harus memiliki jiwa yang bersih dan hati yang tulus, yang hanya bisa didapatkan dengan menghormati sesama manusia. Selain itu, ibadah ritual juga memerlukan persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati yang hanya bisa dilakukan dengan menghormati sesama manusia. Selain itu, ibadah sosial juga dianggap sebagai bagian penting dari ibadah ritual. Ibadah sosial adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati sesama manusia. Ibadah sosial dapat berupa menyelamatkan orang yang terdampak bencana alam, menyumbangkan dana untuk anak-anak yatim piatu, atau melakukan karya sosial lainnya. Dengan melakukan ibadah sosial, kita berusaha untuk menghormati sesama manusia dan menjadi contoh bagi orang lain. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, sementara ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Dengan kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial, kita dapat mengikuti ajaran dari agama kita dengan lebih baik dan memajukan diri serta lingkungan sekitar. Mengapa ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan? Karena keduanya adalah prasyarat untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, dan ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Dengan demikian, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar kita dapat menjadi orang yang lebih baik, dan mencapai tujuan hidup dengan lebih baik. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Mengapa Ibadah Ritual Harus Sejalan Dengan Ibadah 1. Setiap masyarakat memiliki perbedaan agama, budaya, dan nilai-nilai yang 2. Ibadah ritual adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati Tuhan, sedangkan ibadah sosial adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati sesama 3. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena kita tidak bisa melakukan ibadah ritual tanpa menghormati sesama 4. Ibadah ritual dan ibadah sosial memerlukan persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati yang hanya bisa dilakukan dengan menghormati sesama 5. Ibadah sosial juga dianggap sebagai bagian penting dari ibadah 6. Ibadah sosial berupa menyelamatkan orang yang terdampak bencana alam, menyumbangkan dana untuk anak-anak yatim piatu, atau melakukan karya sosial 7. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan hidup yang lebih 8. Ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, sementara ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. 1. Setiap masyarakat memiliki perbedaan agama, budaya, dan nilai-nilai yang berbeda-beda. Setiap masyarakat memiliki perbedaan agama, budaya, dan nilai-nilai yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam beberapa hal, termasuk bagaimana cara masyarakat melakukan ibadah. Ibadah ritual adalah cara yang digunakan untuk menghormati Tuhan atau memuja-Nya. Ibadah sosial adalah cara masyarakat mempraktikkan nilai-nilai agama mereka dengan cara menghormati dan melayani orang lain. Keduanya merupakan bagian penting dari kehidupan beragama. Salah satu alasan mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial adalah bahwa ibadah ritual seharusnya tidak hanya berfokus pada diri sendiri. Ibadah ritual harus selalu didasarkan pada nilai-nilai agama dan tidak boleh terpisah dari nilai-nilai agama. Dengan demikian, ibadah ritual harus diarahkan untuk menghormati dan melayani orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Kemudian, ibadah ritual harus mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh agama masing-masing. Untuk agama yang mengajarkan kebaikan, ibadah ritual harus selalu didasari oleh nilai-nilai kebaikan seperti toleransi, kasih sayang, dan pengampunan. Ibadah ritual harus juga mengajarkan pada orang lain tentang nilai-nilai agama yang dianut, sehingga mereka bisa lebih menghargai dan menghormati agama dan budaya lain. Dengan cara ini, ibadah ritual akan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial karena ibadah ritual harus selalu didasari oleh kasih sayang dan pengampunan. Ibadah ritual harus menciptakan suasana yang menghargai dan menghormati orang lain, bukan menjadi alat untuk mengekspresikan kebencian dan ketidakadilan. Dengan cara ini, masyarakat dapat saling menghormati dan bersikap saling menghormati dalam menjalankan ibadah mereka. Kesimpulannya, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial untuk memastikan bahwa ibadah ritual mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh agama masing-masing, yaitu nilai-nilai kebaikan, kasih sayang, dan pengampunan. Dengan cara ini, ibadah ritual dapat menciptakan suasana yang saling menghormati dan saling menghargai dalam masyarakat. Dengan cara ini, ibadah ritual dapat menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat. 2. Ibadah ritual adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati Tuhan, sedangkan ibadah sosial adalah tindakan yang dikerjakan untuk menghormati sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah dua jenis ibadah yang berbeda yang memiliki tujuan yang berbeda pula. Ibadah ritual adalah tindakan yang dikerjakan oleh orang untuk menghormati Tuhan dan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Ibadah sosial adalah tindakan yang dikerjakan oleh orang untuk menghormati sesama manusia. Kedua ibadah ini harus dilakukan secara beriringan dan sejalan satu dengan yang lainnya. Ibadah ritual adalah cara untuk mengungkapkan rasa hormat dan kasih sayang kepada Tuhan. Dengan melakukan ibadah ritual, orang dapat mengekspresikan keterikatan mereka dengan Tuhan. Ibadah ritual juga dapat membantu orang mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan. Melalui ibadah ritual, orang dapat belajar untuk menghargai dan menghormati Tuhan. Ibadah sosial adalah cara untuk menghormati dan menghargai sesama manusia. Dengan melakukan ibadah sosial, orang dapat menunjukkan rasa cinta dan kepedulian mereka terhadap orang lain. Ibadah sosial dapat membentuk rasa saling percaya dan saling menghargai satu sama lain. Ibadah sosial juga dapat membantu orang mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Kedua ibadah ini harus dilakukan secara beriringan dan sejalan satu dengan yang lainnya. Dengan melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial secara sejalan, orang dapat menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada Tuhan dan sesama manusia. Dengan beribadah secara sejalan, orang dapat meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan dan dengan orang lain. Ibadah ritual dan ibadah sosial dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kedekatan dengan Tuhan dan dengan orang lain. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus dilakukan secara beriringan dan sejalan satu dengan yang lainnya. Dengan melakukan kedua ibadah ini, orang dapat menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada Tuhan dan sesama manusia. Dengan ibadah ritual dan ibadah sosial, orang dapat meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan dan dengan orang lain. Dengan beribadah secara sejalan, orang dapat meningkatkan kedekatan mereka dengan Tuhan dan dengan orang lain. 3. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena kita tidak bisa melakukan ibadah ritual tanpa menghormati sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena kita tidak bisa melakukan ibadah ritual tanpa menghormati sesama manusia. Ini adalah hal inti dari sebagian besar agama di dunia, bahwa kita harus menghormati sesama dan menempatkan kesetaraan di antara semua orang. Ibadah sosial adalah cara kita menghormati satu sama lain, baik secara verbal atau tindakan nyata. Ibadah sosial adalah cara kita menghormati satu sama lain, baik secara verbal atau tindakan nyata. Ibadah ritual membantu kita menghormati sesama manusia dan menciptakan rasa saling menghargai. Ritual ibadah kita berbeda-beda tergantung pada agama dan keyakinan kita. Namun, tujuan dari setiap ritual ibadah adalah untuk menghormati sesama dan membantu kita mengenal diri kita sendiri. Sebagai orang yang beragama, kita harus menghormati orang lain dengan cara yang ditentukan oleh agama kita. Kita harus menghormati sesama dan menghargai perbedaan yang kita miliki. Kita harus menghormati orang lain tanpa membedakan ras, jenis kelamin, agama, atau orientasi seksual. Hal ini juga berlaku untuk ritual ibadah kita. Kita harus menghormati orang lain dengan cara yang kita anggap tepat, sesuai dengan agama kita. Kita juga harus menghormati orang lain saat kita melakukan ibadah ritual. Kita harus menghormati orang lain sebagai teman ibadah kita. Kita harus menghormati setiap orang yang terlibat dalam ibadah kita dan menghargai perbedaan kita. Kita harus menghormati orang lain dengan penuh kasih sayang dan saling menghargai satu sama lain. Kesimpulannya, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena kita tidak bisa melakukan ibadah ritual tanpa menghormati sesama manusia. Ibadah ritual dapat membantu kita menghormati sesama dan membantu kita mengenal diri kita sendiri. Dengan menghormati sesama dan menghargai perbedaan kita, kita dapat mencapai keharmonisan dan menjaga keutuhan komunitas kita. 4. Ibadah ritual dan ibadah sosial memerlukan persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati yang hanya bisa dilakukan dengan menghormati sesama manusia. Ada dua jenis ibadah yang diakui oleh agama, yaitu ibadah ritual dan ibadah sosial. Ibadah ritual adalah ibadah yang dilakukan berdasarkan aturan-aturan agama dan terdiri dari berbagai ritual seperti puasa, salat, dan haji. Ibadah sosial adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu dan melayani sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena keduanya memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan dan membantu sesama manusia. Keduanya juga sama-sama membutuhkan kesungguhan dan kesabaran untuk melaksanakan aturan-aturan agama. Ketika ibadah ritual dan ibadah sosial berjalan sejalan, maka mereka akan memberikan pengaruh yang saling melengkapi. Ibadah ritual mengajarkan kita untuk menghormati Tuhan dan menjalankan perintah-Nya, sedangkan ibadah sosial mengajarkan kita untuk menghormati sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial juga saling melengkapi satu sama lain, sehingga kita dapat menghargai dan menghormati Tuhan dan sesama manusia. Ibadah ritual dan ibadah sosial memerlukan persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati yang hanya bisa dilakukan dengan menghormati sesama manusia. Persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati merupakan fondasi untuk membentuk hubungan yang harmonis antara Tuhan dan manusia. Pada dasarnya, ibadah ritual dan ibadah sosial adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada Tuhan dan sesama manusia. Dengan menghormati Tuhan dan sesama manusia, kita dapat membangun hubungan yang lebih erat antara keduanya. Dengan begitu, kita dapat berbagi dan mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Ibadah ritual dan ibadah sosial akan menjadi lebih bermanfaat jika kita dapat melakukannya dengan rasa hormat dan kasih sayang terhadap Tuhan dan sesama manusia. Kesimpulannya, jika ibadah ritual dan ibadah sosial berjalan sejalan, maka akan memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Dengan menghormati Tuhan dan sesama manusia, kita dapat membangun hubungan yang harmonis dan mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, ibadah ritual dan ibadah sosial dapat menjadi lebih bermanfaat bagi manusia. 5. Ibadah sosial juga dianggap sebagai bagian penting dari ibadah ritual. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah bagian penting dari ajaran agama. Keduanya dianggap sebagai cara untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Keduanya juga dianggap sebagai cara untuk mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa ibadah ritual dan ibadah sosial dilakukan secara sejalan. Pertama, ibadah ritual dan ibadah sosial merupakan bagian dari ajaran agama. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kehidupan yang lebih baik dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Oleh karena itu, jika seseorang ingin beribadah secara benar, mereka harus menyelaraskan ibadah ritual dan ibadah sosial mereka. Kedua, ibadah ritual dan ibadah sosial adalah cara yang berbeda untuk melaksanakan ajaran agama. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kesucian jiwa. Ibadah ritual memberi kita kesempatan untuk melakukan ritual khusus yang ditetapkan dalam ajaran agama. Sementara itu, ibadah sosial memberi kita kesempatan untuk mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa keduanya dilakukan secara sejalan untuk memastikan bahwa ajaran agama diterapkan dengan benar. Ketiga, ibadah ritual dan ibadah sosial adalah cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Ibadah ritual memberi kita kesempatan untuk menghormati Tuhan dengan melakukan ritual khusus. Sementara itu, ibadah sosial memberi kita kesempatan untuk menghormati Tuhan dengan cara menjadi warga yang bertanggung jawab dan berbuat baik kepada sesama. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa keduanya dilakukan secara sejalan untuk memenuhi kebutuhan spiritual kita. Keempat, ibadah ritual dan ibadah sosial adalah cara untuk menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan. Ibadah ritual memberi kita kesempatan untuk menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan dengan melakukan ritual khusus. Sementara itu, ibadah sosial memberi kita kesempatan untuk menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan dengan cara hidup sebagai warga yang bertanggung jawab dan berbuat baik kepada sesama. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa keduanya dilakukan secara sejalan untuk menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan. Kelima, ibadah sosial juga dianggap sebagai bagian penting dari ibadah ritual. Ibadah sosial memberi kita kesempatan untuk menghormati Tuhan dengan cara hidup sebagai warga yang bertanggung jawab dan berbuat baik kepada sesama. Oleh karena itu, ibadah sosial sangat penting untuk dilakukan secara sejalan dengan ibadah ritual. Dengan begitu, ajaran agama dapat dilaksanakan secara benar dan kita dapat mencapai tujuan kita untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. 6. Ibadah sosial berupa menyelamatkan orang yang terdampak bencana alam, menyumbangkan dana untuk anak-anak yatim piatu, atau melakukan karya sosial lainnya. Ibadah sosial adalah bentuk ibadah yang bertujuan untuk membantu sesama. Ibadah sosial ini merupakan bagian dari ibadah ritual, yang bertujuan untuk menunjukkan komitmen seseorang terhadap agama yang dianut. Dengan demikian, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial. Mengapa ibadah sosial harus dilakukan bersama-sama dengan ibadah ritual? Ada beberapa alasan. Pertama, dengan ibadah sosial, kita dapat menemukan pengalaman spiritual yang lebih dalam. Ibadah sosial memungkinkan kita untuk menghubungkan kepada Tuhan melalui cara yang berbeda. Kedua, ibadah sosial membuat kita lebih bersyukur. Dengan melakukan ibadah sosial, kita dapat melihat banyak orang yang lebih menderita daripada kita. Hal ini membuat kita lebih bersyukur atas apa yang kita miliki. Ketiga, ibadah sosial akan membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ibadah sosial akan membantu kita untuk mengembangkan nilai-nilai kebaikan, seperti empati, kasih sayang, dan toleransi. Keempat, ibadah sosial dapat membantu kita untuk mengembangkan relasi dengan sesama. Dengan melakukan ibadah sosial, kita dapat membangun jaringan yang lebih luas dengan orang lain. Hal ini akan membantu kita untuk belajar lebih banyak tentang agama dan menemukan orang yang berpikiran serupa. Kelima, ibadah sosial akan membantu meningkatkan komitmen kita terhadap agama. Dengan melakukan ibadah sosial, kita dapat melihat bahwa kita benar-benar peduli dengan orang lain dan berkomitmen untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama. Keenam, ibadah sosial berupa menyelamatkan orang yang terdampak bencana alam, menyumbangkan dana untuk anak-anak yatim piatu, atau melakukan karya sosial lainnya. Dengan melakukan ibadah sosial seperti ini, kita dapat menunjukkan komitmen kita terhadap agama yang kita anut. Ibadah sosial seperti ini juga dapat membantu kita untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama dan membantu membangun masyarakat yang lebih baik. Kesimpulannya, ibadah sosial harus dilakukan bersamaan dengan ibadah ritual. Ibadah sosial akan membantu kita untuk mencapai pengalaman spiritual yang lebih dalam, menjadi pribadi yang lebih baik, membantu meningkatkan komitmen kita terhadap agama yang kita anut, dan membantu membangun masyarakat yang lebih baik. 7. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Ibadah sosial adalah tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain sementara ibadah ritual adalah tindakan yang dilakukan untuk beribadah kepada Tuhan. Kedua hal ini saling berkaitan dan saling melengkapi satu sama lain. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah dua aspek yang harus selalu disatukan. Ibadah ritual berfokus pada hubungan antara seorang dengan Tuhan, sementara ibadah sosial berfokus pada hubungan antara orang-orang dengan sesama manusia. Ibadah ritual memberikan sebuah dasar untuk pengembangan ibadah sosial. Ibadah sosial akan menjadi lebih efektif jika ia disertai dengan ibadah ritual. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah penting karena ini menghasilkan solusi yang lebih baik untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Ibadah ritual dan ibadah sosial dapat digunakan untuk membantu masyarakat dalam mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Ibadah ritual dan ibadah sosial juga membantu dalam membangun jaringan solidaritas yang saling menghormati. Ini adalah jaringan yang didasarkan pada hubungan yang saling menghormati antara orang-orang yang bertindak atas dasar kasih sayang, pengertian, dan toleransi. Ibadah sosial dapat membantu dalam menciptakan situasi yang saling memperhatikan dan menghormati di antara anggota masyarakat. Ibadah sosial juga membantu dalam membangun lingkungan yang lebih aman dan sejahtera. Ibadah sosial memberikan sebuah cara untuk menciptakan keamanan dalam masyarakat. Ibadah sosial juga dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan fokus pada peningkatan hak asasi manusia, kesejahteraan, dan pembangunan berkelanjutan. Ibadah ritual dan ibadah sosial juga membantu dalam membangun hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Ibadah sosial berfokus pada pemeliharaan alam dan pengurangan dampak negatif pada lingkungan. Ibadah sosial juga dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran manusia terhadap iklim dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Kombinasi antara ibadah ritual dan ibadah sosial adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Ibadah ritual memberikan sebuah dasar untuk pengembangan ibadah sosial, yang dapat membantu dalam membangun jaringan solidaritas, lingkungan yang lebih aman dan sejahtera, dan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Ibadah ritual dan ibadah sosial membantu dalam meningkatkan kualitas hidup dan membangun masyarakat yang lebih baik. 8. Ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, sementara ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah komponen penting dalam setiap relasi spiritual. Ibadah ritual melibatkan tindakan berulang yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Ibadah sosial, di sisi lain, adalah sebuah hubungan yang saling menghormati antara orang-orang yang sama atau berbeda, yang melibatkan penghormatan dan pemahaman dari nilai-nilai spiritual bersama. Kedua jenis ibadah ini saling terkait satu sama lain dan saling berkaitan dalam pengertian bahwa ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, sementara ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Keberhasilan kedua jenis ibadah ini tergantung pada kemampuan kita untuk mencapai keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Ibadah ritual dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan meningkatkan kesadaran kita tentang tujuan hidup kita dan menghubungkan kita dengan aspek spiritual yang lebih tinggi. Ibadah ritual memungkinkan kita untuk menerapkan nilai-nilai tertentu dan menerima benih-benih spiritual, yang dapat membantu kita mencapai kemajuan pribadi. Ibadah ritual juga dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bersahabat dengan orang lain, karena kita belajar bagaimana menghormati nilai-nilai orang lain dan menghormati mereka tanpa menghakimi. Sementara itu, ibadah sosial membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Ibadah sosial meningkatkan kesadaran kita tentang apa yang diinginkan dan diharapkan orang lain, sehingga kita dapat menghayati nilai-nilai ini dan mentaatinya. Dengan memahami kebutuhan orang lain, kita dapat mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan mereka dan membantu mereka mencapai tujuan mereka. Ibadah sosial juga membantu kita memahami dan menghormati nilai-nilai yang dianut oleh orang lain, sehingga kita dapat mengembangkan empati dan kasih sayang untuk semua orang. Keduanya harus diikuti secara bersamaan agar dapat berfungsi dengan baik. Ibadah ritual akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik, sementara ibadah sosial akan membantu kita menjadi orang yang lebih berbudi pekerti dan sensitif terhadap orang lain. Dengan mengikuti keduanya secara bersamaan, kita dapat mencapai keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial, yang akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih menghormati nilai-nilai orang lain.
Jauh sebelum dilahirkan ke dunia, manusia telah melakukan semacam “kontrak pengabdian” dengan Tuhan Yang Maha Esa di alam ruh. Peristiwa yang terjadi di alam ruh itu ialah kesaksian dan perjanjian antara manusia sebagai hamba dengan Tuhan sebagai pencipta. Meskipun dalam perjalanan hidupnya manusia sering acuh akan perjanjian itu. Acuh terhadap ibadah ritual dan ibadah sosial. Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial Pengejawantahan dari janji tersebut ialah mealaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia mulai berlomba melakukan kebaikan sebagai bukti kepatuhan kepada Tuhan. Maka tak heran di berbagai tempat banyak kita jumpai kegiatan berbau agama yang dengan beragam sebutan atau nama perkumpulannya. Masyarakat yang mengaku sadar agama semakin kreatif dalam melakukan berbagai aktivitas ritual ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Mereka berlomba–lomba melakukan berbagai kegiatan keagamaan walaupun kadang–kadang terkesan memaksakan diri dan mengundang pertanyaan. Terkadang juga semangat beragama yang tinggi tidak selalu linier dengan akhlak pelakunya. Misalnya ada yang rajin berzikir tetapi di lain kesempatan kata-kata kotor juga memenuhi mulutnya. Orang seperti ini hanya mampu olah zikir tapi tak mampu olah pikir. Bahkan seorang penghafal Al-Qur’an pun belum tentu mampu menerjemahkan keindahan nilai-nilai moral yang ada dalam kitab suci itu ke dalam perilakunya. Banyak yang pandai melantunkan ayat-ayat suci tetapi sayangnya kesucian dan keindahan nilai yang dikandungnya hanya sampai di tenggorokan saja. Sebuah peristiwa yang tercatat dalam sejarah yaitu, seseorang yang menghabisi nyawa sahabat sekaligus menantu tercinta sang Nabi adalah seorang penghafal Al-Qur’an dan ahli ibadah. Ini adalah bukti nyata paradoks antara kesahalehan ritual dan keshalehan sosial. Fenomena tersebut mengingatkan saya pada ucapan seorang teman; “tidak semua yang berzikir itu mampu menggunakan akal sehatnya. Banyak yang kelihatannya berzikir tetapi nalarnya tidak berfungsi”. Saya mencoba memahami maksud ucapannya, ternyata kalau direnungkan ada benarnya juga, karena untuk bertindak benar tidak cukup hanya memaksimalkan zikir tetapi harus memadukan akal sehat. Kesenjangan Ibadah Ritual dan Sosial Ibadah zikir di kalangan masyarakat modern telah menjadi semacam wisata spiritual. Yang dilakukan hanya untuk menghilangkan dahaga setelah menjalankan rutinitas dunia yang semakin sibuk. Padahal sesungguhnya zikir adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan untuk menghilangkan dahaga. Ketika zikir yang dilakukan secara berjamaah dalam suatu majelis jelas terlihat hujan tangis, suara lirih, dan ekpresi penyesalan tumpah ruah ketika suatu jamaah berkumpul. Namun berbanding terbalik ketika berada dalam kesendirian. Nafsu keduniawian kembali bergejolak dan menari-nari dalam dirinya. Kesenjangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial terjadi sebab kegagalan kita memahami pesan-pesan Tuhan dalam kitab suci ketika hendak menjalankan ibadah. Padahal agama sendiri mengajarkan agar memaksimalkan potensi akal sebelum berbuat. Kita wajib berusaha memahami cara dan pendekatan Tuhan dalam menuntun hamba-Nya menuju kebenaran. Tuhan seringkali memberi pesan agar kita selalu menggunakan nalar ketika hendak menjalankan suatu perintah. Dalam beberapa ayat, Tuhan menggunakan gaya bahasa bertanya di akhir ayat dengan kalimat “Apakah kalian tidak berakal?” dan beberapa kata yang maknanya sama. Ini membuktikan bahwa menilai sesuatu sebelum mengambil keputusan haruslah melalui proses perenungan yang matang dan pikiran yang jernih. Namun faktanya, hari ini tidak banyak orang yang mampu menerjemahkan pesan Tuhan yang termaktub dalam kalamnya yang suci. Kebanyakan hanya mampu menjalankan ritual agamanya sesuai kehendaknya sendiri tanpa memikirkan konsekuensi dari ibadah tersebut. Misalnya dalam kitab suci, sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang lebih ditonjolkan daripada murka-Nya. Tapi orang-orang lebih mudah mempersepsikan Tuhan sebagai “Penyiksa” daripada “Penyayang”. Cara beragama seperti ini sangat berpotensi menyulut api konflik antar umat beragama. Sehingga tidak mengherankan apabila berbagai macam kerusakan dan kekacauan timbul akibat kegagalan kita menggunakan akal sehat. Kita bisa menyaksikan di depan mata fenomena dan kehebohan yang tengah melanda umat muslim di negeri ini yang mayoritas kuat dalam ibadah ritual. Namun, hanya sedikit yang mampu mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sosialnya. Lebih dari itu, bahkan ada yang sampai melakukan hal-hal yang kelewat batas. Hanya karena masalah sepele atau seseorang kebetulan telah menyinggung simbol-simbol agamanya. Memaksimalkan Ibadah Demikianlah kala ego mulai mengusai pikiran dan syahwat kekuasaan sudah merajalela. Maka gerak akal menjadi sempit, sehingga sangat sulit melihat kebenaran dan kebaikan pada diri seseorang yang dibenci, meskipun dia melakukan kebaikan selangit. Beribadah memang sangat penting, tetapi memahami dan menerjemahkan nila-nilai ibadah serta manfaatnya ke dalam kehidupan sosial jauh lebih penting untuk dilakukan. Karena terkadang seseorang lebih asyik dengan ibadah ritualnya tetapi mengabaikan ibadah sosial sebagai konsekuensi dari ibadah tersebut. Sehingga semua aktivitas ibadahnya menjadi kosong dari nilai dan manfaat. Kita bisa mengambil contoh pengamalan ibadah ritual yang begitu intensif dan semarak di mana-mana, namun di saat yang sama perilaku menyimpang berjalan seiringan. Entah karena apa hal tersebut dapat terjadi. Padahal Nabi SAW yang begitu kuat dalam ibadah ritual tetapi tetap memaksimalkan ibadah sosialnya. Sebagai contoh, Nabi sangat mudah memaafkan para pembencinya dan setiap orang yang memusuhi beliau. Bahkan beliau mendoakan mereka agar diberikan hidayah oleh Allah menuju kebenaran. Sebagaimana yang telah beliau lakukan pada sahabat Umar bin Khattab sebelum masuk Islam. Sayangnya, kebanyakan manusia lebih dikuasai sifat egoisme. Terkhusus dalam urusan beribadah. Sehingga apa yang mereka lakukan tidak mendatangkan manfaat bagi orang banyak justru malah sebaliknya. Sebagaimana kata Imam Ali bahwa “Tidak ada agama tidak sempurna agamanya bagi orang yang tak menggunakan akal sehatnya”. Editor Nirwansyah/Nabhan
KH Ahmad Mustofa Bisri pernah mempopulerkan istilah saleh ritual dan saleh sosial. Yang pertama merujuk pada ibadah yang dilakukan dalam konteks memenuhi haqqullah dan hablum minallah seperti shalat, puasa, haji dan ritual lainnya. Sementara itu, istilah saleh sosial merujuk pada berbagai macam aktivitas dalam rangka memenuhi haqul adami dan menjaga hablum minan nas. Banyak yang saleh secara ritual, namun tidak saleh secara sosial; begitu pula Mus tentu tidak bermaksud membenturkan kedua jenis kesalehan ini, karena sesungguhnya Islam mengajarkan keduanya. Bahkan lebih hebat lagi; dalam ritual sesungguhnya juga ada aspek sosial. Misalnya shalat berjamaah, pembayaran zakat, ataupun ibadah puasa, juga merangkum dimensi ritual dan sosial sekaligus. Jadi, jelas bahwa yang terbaik itu adalah kesalehan total, bukan salah satunya atau malah tidak dua-duanya. Kalau tidak menjalankan keduanya, itu namanya kesalahan, bukan kesalehan. Tapi jangan lupa, orang salah pun masih bisa untuk menjadi orang saleh. Dan orang saleh bukan berarti tidak punya saat yang sama, kita harus akui seringkali terjadi dilema dalam memilih skala prioritas. Mana yang harus kita utamakan antara ibadah atau amalan sosial. Pernah di Bandara seorang kawan mengalami persoalan dengan tiketnya karena perubahan jadual. Saya membantu prosesnya sehingga harus bolak balik dari satu meja ke meja lainnya. Waktu maghrib hampir habis. Kawan yang ketiga, yang dari tadi diam saja melihat kami kerepotan, kemudian marah-marah karena kami belum menunaikan shalat maghrib. Bahkan ia mengancam, “Saya tidak akan mau terbang kalau saya tidak shalat dulu”. Saya tenangkan dia, bahwa sehabis check in nanti kita masih bisa shalat di dekat gate, akan tetapi kalau urusan check in kawan kita ini terhambat maka kita terpaksa meninggalkan dia di negeri asing ini dengan segala kerumitannya. Lagi pula, sebagai musafir kita diberi rukhsah untuk menjamak shalat maghrib dan isya’ nantinya. Kita pun masih bisa shalat di atas pesawat. Kawan tersebut tidak mau terima baginya urusan dengan Allah lebih utama ketimbang membantu urusan tiket kawan yang lain. Saya harus membantu satu kawan soal tiketnya dan pada saat yang bersamaan saya harus adu dalil dengan kawan yang satu lagi. Tiba-tiba di depan saya dilema antara kesalehan ritual dan kesalehan sosial menjadi Yusuf al-Qaradhawi mencoba menjelaskan dilema ini dalam bukunya Fiqh al-Awlawiyat. Beliau berpendapat kewajiban yang berkaitan dengan hak orang ramai atau umat harus lebih diutamakan daripada kewajiban yang berkaitan dengan hak individu. Beliau juga menekankan untuk prioritas terhadap amalan yang langgeng istiqamah daripada amalan yang banyak tapi terputus-putus. Lebih jauh beliau berpendapat “Fardhu ain yang berkaitan dengan hak Allah semata-mata mungkin dapat diberi toleransi, dan berbeda dengan fardhu ain yang berkaitan dengan hak hamba-hamba-Nya. Ada seorang ulama yang berkata, "Sesungguhnya hak Allah dibangun di atas toleransi sedangkan hak hamba-hamba-Nya dibangun di atas aturan yang sangat ketat." Oleh sebab itu, ibadah haji misalnya, yang hukumnya wajib, dan membayar utang yang hukumnya juga wajib; maka yang harus didahulukan ialah kewajiban membayar utang.” Ini artinya, untuk ulama kita ini, dalam kondisi tertentu kita harus mendahulukan kesalehan sosial daripada kesalehan ritual. Kita juga dianjurkan untuk mendahulukan amalan yang mendesak daripada amalan yang lebih longar waktunya. Misalnya, antara menghilangkan najis di masjid yang bisa mengganggu jamaah yang belakangan hadir, dengan melakukan shalat pada awal waktunya. Atau antara menolong orang yang mengalami kecelakaan dengan pergi mengerjakan shalat Jum'at. Pilihlah menghilangkan najis dan menolong orang yang kecelakaan dengan membawanya ke Rumah Sakit. Sebagai petugas kelurahan, mana yang kita utamakan shalat di awal waktu atau melayani rakyat yang mengurus KTP terlebih dahulu? Atau mana yang harus kita prioritaskan di saat keterbatasan air dalam sebuah perjalanan menggunakan air untuk memuaskan rasa haus atau untuk berwudhu'. Wudhu' itu ada penggantinya, yaitu tayammum. Tapi memuaskan haus tidak bisa diganti dengan batu atau debu. Begitu juga kewajiban berpuasa masih bisa di-qadha atau dibayar dengan fidyah dalam kondisi secara medis dokter melarang kita untuk berpuasa. “Fatwa” dokter harus kita utamakan dalam situasi ini. Ini artinya shihatul abdan muqaddamun ala shihatil adyan. Sehatnya badan diutamakan daripada sehatnya agama. Dalam bahasa Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, di depan pasukan Abrahah yang mengambil kambing dan untanya serta hendak menyerang Ka’bah “Kembalikan ternakku, karena akulah pemiliknya. Sementara soal Ka’bah, Allah pemiliknya dan Dia yang akan menjaganya!” Sepintas terkesan hewan ternak didahulukan daripada menjaga Ka’bah; atau dalam kasus tiket di atas seolah urusan shalat ditunda gara-gara urusan pesawat; atau keterangan medis diutamakan daripada kewajiban berpuasa. Inilah fiqh prioritas!Syekh Yusuf al-Qaradhawi juga menganjurkan untuk prioritas pada amalan hati ketimbang amalan fisik. Beliau menulis“…Kami sangat heran terhadap konsentrasi yang diberikan oleh sebagian pemeluk agama, khususnya para dai yang menganjurkan amalan dan adab sopan santun yang berkaitan dengan perkara-perkara lahiriah lebih banyak daripada perkara-perkara batiniah; yang memperhatikan bentuk luar lebih banyak daripada intinya; misalnya memendekkan pakaian, memotong kumis dan memanjangkan jenggot, bentuk hijab wanita, hitungan anak tangga mimbar, cara meletakkan kedua tangan atau kaki ketika shalat, dan perkara-perkara lain yang berkaitan dengan bentuk luar lebih banyak daripada yang berkaitan dengan inti dan ruhnya. Perkara-perkara ini, bagaimanapun, tidak begitu diberi prioritas dalam agama ini.”Dengan tegas beliau menyatakan“Saya sendiri memperhatikan -dengan amat menyayangkan- bahwa banyak sekali orang-orang yang menekankan kepada bentuk lahiriah ini dan hal-hal yang serupa dengannya -Saya tidak berkata mereka semuanya- mereka begitu mementingkan hal tersebut dan melupakan hal-hal lain yang jauh lebih penting dan lebih dahsyat pengaruhnya. Seperti berbuat baik kepada kedua orangtua, silaturahim, menyampaikan amanat, memelihara hak orang lain, bekerja yang baik, dan memberikan hak kepada orang yang harus memilikinya, kasih-sayang terhadap makhluk Allah, apalagi terhadap yang lemah, menjauhi hal-hal yang jelas diharamkan, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman di dalam kitab-Nya, di awal surah al-Anfal, awal surah al-Mu'minun, akhir surah al-Furqan, dan lain-lain.”Kesalehan ritual itu ternyata bertingkat-tingkat. Kesalehan sosial juga berlapis-lapis. Dan kita dianjurkan dapat memilah mana yang kita harus prioritaskan sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita menjalankannya. Wa Allahu a’lam Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Pada artikel ini kami akan menjelaskan Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial Kalau kamu juga tertarik, pada artikel ini Nha Xinh akan menjelaskan tutorialnya untuk kamu. السلام عليكم ورحمة الله و بركا ته Arti Fastabiqul Khairat bagi Umat Islam dan Contohnya – Detikcom Inilah 15 Kombinasi Warna Hijau Paling Keren dan Serasi Untuk Dianjurkan Dikonsumsi Setelah Makan, Bolehkah Kita Konsumsi Berapa Lama Gigi Bayi Tumbuh Sempurna? 6 Manfaat Miliki Tabungan Valas untuk Penuhi Kebutuhan معا شرالمسلمين رحمكم الله Pada saat ini kita masih berada di bulan Muharram dimana secara catatan sejarah bulan Muharram bagi peristiwa hijrah sebenarnya merupakan persiapan untuk dilakukan sebuah peristiwa besar yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW atas perintah dari Allah SWT. Pada saat Rasulullah SAW tiba pertama kali di Kota Madinah beliau mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada seluruh warga masyarakat Madinah, dan hadits ini diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi yang dia adalah mantan pendeta pemuka yahudi yang ketika saat pertama kali melihat baginda nabi Muhammad SAW yang wajahnya bersinar segera dia bersyahadat. Di Kisahkan ketika Rasulullah SAW sampai di masjid Quba, sahabat nabi yang baru saja muallaf tersebut beliau mendengarkan sekaligus meriwayatkan langsung pesan-pesan Rasul tentang hijrah, pesan-pesan langsung tentang bulan Muharram dan sekaligus pesan-pesan pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW Bersabda ايهاالناس افشوا السلام واطعمواالطعام وصل الارحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلواالجنة بسلام “ Ayyuhannaas wahai manusia, karena yang dihadapi saat itu adalah muslim dan non muslim Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, sebarkanlah kerukunan hidup, sebarkanlah kedamaian, yang merupakan kunci dari pada wujud rasa aman dan nyaman bagi kehidupan. Tarolah bagi seorang mu’min salam merupakan ucapan khusus yang special yang memang diajarkan oleh Allah SWT yang akan diucapkan oleh para ahli surga kelak dalam surga Nya Allah SWT تحيتهم فيها السلام ucapan selamat mereka dalam surga adalah السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Dalam hadits ini Rasulullah SAW menyatakan hendaknya warga masyarakat Madinah pada saat itu yang terdiri dari lintas agama untuk mewujudkan kedamaian. Untuk itulah Rasulullah SAW setelah membangun masjid Nabawi beliau langsung membuat peraturan perundangan yang bisa mencakup seluruh kehidupan umat beragama yang ada saat itu, Untuk itulah masyarakat Negara Madinah dikenal dengan Negara lintas agama, suku dan bangsa yang aman dan damai. Ma’asyirol muslimin rohimakumullah Selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk واطعموا الطعام Berikanlah makanan, berilah sedikit dari rezeki yang diberi Allah kepada orang yang tidak mampu disekitar kita, agar kebahagiaan kita juga dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan karenanya pula pada bulan Muharram ini kita dianjurkan untuk memuliakan anak-anak yatim dikenallah diindonesia Istilah lebaran anak yatim tanggal 10 muharram. Selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk وصل الارحام tidak cukup bagi kita untuk hanya memberikan makan dan sebagian rezeki kepada orang-orang yang tidak mampu disekitar kita, tetapi lakukanlah silaturahmi atau hubungkan tali persaudaraan diantara kita, silaturahmi yang utamanya adalah kepada orang tua kita, silaturahmi selanjutnya adalah tetangga kita, jangan sampai tetangga kita merasakan kesulitan sementara kita tidak tahu kesulitan yang dirasakan oleh tetangga kita, silaturahim selanjutnya rasulullah SAW mengajarkan agar kita silaturahim berupa kelembagaan dalam kehidupan masyarakat silaturahmi selanjutnya dalam kehidupan bernegara kita harus rukun terhadap tetangga bernegara. Barulah pernyataan keempat baginda Rasulullah SAW adalah terkait dengan ibadah ritual وصلوا بالليل والناس نيام Sholatlah pada malam hari disaat orang-orang sedang nyenyak tertidur Kenapa Rasulullah SAW tekankan waktu sholat yang dalam hak umat islam tidak merupakan wajib, sholat malam hanya wajib terhadap baginda Rasulullah SAW tapi bagi umat Islam adalah sunnah disinilah Rasulullah SAW menekankan pengalaman, ritual beliau ketika beliau berhubungan berdekatan bercengkrama mengadu berkeluh kesah seluruh persoalannya dimalam hari kepada Allah SWT. Beliau mengatakan agar umatnya juga meneladani apa yang dilakukan baginda Rasulullah SAW. “Sholatlah pada malam hari disaat orang-orang sedang nyenyak tertidur” disitulah kita mengadukan berbagai persoalan-persoalan hidup kita kepada Allah SWT, karenanya Allah SWT mengatakan dalam surat Al-Imron, “jika kita melakukan anjuran sholat sunnah di malam hari ini, Allah SWT akan meninggikan derajat kita, فتهجد به نا فلة لك عسي ان يبعثك ربك مقاما محمودا Sholatlah tahajud pada malam hari ini yang merupakan sunnah bagi kalian, Allah SWT akan memberikan posisi yang tinggi bagi kalian. Hadirin Sidang Jum’ah Rohima kumullah Empat pesan Rasulullah SAW dimana tiga pesan utamanya terkait dengan ibadah social ini menandakan bahwa Islam tidak membedakan antara ibadah ritual dengan ibadah social. Ibadah ritual yang kita lakukan harus merefleksikan sebuah kegiatan-kegiatan yang memberikan pencerahan dan kegiatan penyegaran kepada lingkungan masyarakat. Sholat kita, puasa kita, zakat kita, dzikir kita, tahlil kita tilawah Qur’an kita hendaklah memberikan dampak pengaruh social dalam kehidupan kita. Untuk itulah Rasulullah SAW menyatakan bahwa ada orang ahli ibadah diakhirat nanti seakan-akan dia kehilangan amal-amal ibadahnya karena kelakuan sosialnya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Mudah-mudahan kita terjauh dari hal itu dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufik hidayah dan inayahnya kepada kita, sehingga kita bisa melakukan ibadah-ibadah spiritual kita hubungan kita pada Allah SWT serta kita bisa memperbaiki hubungan sosial kita yang merupakan bagian ibadah kita pada Allah SWT . Wassalamu’ alaikum Wr. Wb Disampaikan pada Kegiatan Jum’at Keliling di Masjid Baiturrohman kec beji, 13/10/2017 Desiana Prasetya adalah seorang kepala dapur berpengalaman selama 10 tahun di bidang kuliner dan memiliki pemahaman yang mendalam lều makanan khas daerah. Prasetya berbagi pengetahuan dan terhubung dengan para koki terkemuka di seluruh dunia melalui blog Prasetya juga memiliki minat dalam perjalanan, mencintai alam dan budaya manusia di berbagai daerah di Indonesia. Masuk
mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial